Pages

Subscribe:

Sunday, June 2, 2013

Aku Dan Bunga



Aku tahu bunga itu harum dan indah bahkan menghipnotis setiap mata yang memandangnya hingga terlintas di benak ini untuk menanam bunga itu. aku mulai menyiapkan tempat yang bagiku itu cukup mulia untuk bunga itu tumbuh, kutelusuri setiap jalan yang membawaku pada penjual bibit bunga itu hingga di akhir perjalanan aku menemukannya.

keinginanku semakin menggebu ketika aku sudah berjumpa dengan bibit bunga itu, seakan tak sabar mendambakan kuncup bunga itu memekar.
Kubawa ia pulang bersamaku ditemani angan-angan panjang akan bunga itu, bunga yang suatu hari akan memenuhi mimpiku sehingga aku merasa puas akan dahaga mimpi yang mesti kubeli, tak terasa perjalanku sudah sampai pada pelabuhanku dan bunga itu, kuletakkan ia pada tempat yang sudah kusiapkan yang mungkin akan membuatnya merasa mulia dan bahagia ditempat itu ketika ia mekar nanti.

Hari demi hari berlalu, kusirami dia kuletakkan ia ditempat yang tak terhalangi oleh cahaya hingga ia bisa merasakan hangat yang cukup setelah ia berjuang dalam dinginnya malam hari, yang terkadang gelapnya membuat seseorang menjadi takut. tak sedikitpun waktu luang yang tersisa hanya untuk bunga itu,aku memperhatikannya setiap pagi menyambut, setiap terik mentari hingga mentari itu mulai terbenam.


Hingga tiba saatnya bunga itu menguncup dan siap untuk menebar pesona pada setiap mata yang memandangnya, dan aromanya siap memikat setiap yang menciumnya, kupanjatkan do'a agar bunga yang memekar nanti sesuai dengan angan dan mimpi yang selama ini kubayangkan.
Ketika fajar mulai menyongsong, kubuka jendela pagi kunikmati suasana itu entah apa yang kulihat mata ini seakan terperangah ternyata bunga itu kini mekar dengan indahnya dan mimpiku terbeli, aku sangat bahagia bersama bunga itu " andai bunga itu tahu perjuanganku hingga ia kini mekar dan bangga akan keindahannya".. 

Aku tak pernah lelah memperhatikannya bahkan tak sedetikpun mata ini ingin lepas dari pandangan terhadap bunga itu, tak bisa kubayangkan lagi kebahagiaan yang sudah membuatku gila, hingga keesokan harinya aku kembali terkejut ternyata bunga itu menghilang, sedih dan rasa sakit yang menghujam rongga dada ini sangat memilukan, aku mulai terperosok pada lembah kesedihan.

Kutelusuri kembali setiap jalan dimana aku bisa bertemu dengan bunga itu hingga aku sampai pada jalan dimana aku bertemu dengan penjual bunga itu dulu dan aku menemukannya disana, aku sangat terkejut bagaimana bisa bunga yang dulu ia jual kini kembali ia ambil aku mulai bingung bagaimana cara agar bunga itu mau kembali bersamaku, aku mulai bicara pada bunga itu " apa kau tak ingat, saat aku memberimu cahaya hangat saat pagi menyongsong, setelah kau berjuang melawan dinginnya malam " bahkan tak sedikitpun waktuku aku sia-siakan hanya untuk bersamamu, tapi penjual bunga itu memotong pembicaraanku dia berkata " ketahuilah sahabat bunga ini tidak pernah mendengarkanmu bahkan ia tak pernah bicara padamu" hingga ketika aku mencurinya pun ia tak sedikitpun ingin kembali padamu.

Aku pulang tertunduk sedih
aku merasa ini jalan yang amat pedih
perjuanganku yang gigih
kini semua sirna tak berpamrih

oh bunga,,,
andai kau mendengar pembicaraanku
andai kau mengenal siapa aku
andai kau tahu ada apa denganku

aku telah berjuang demi impian itu
aku berusaha demi itu
bahkan aku tak ingat akan waktu
karena tak ingin kau layu

tapi kini aku tertipu
setidaknya aku tahu
tidak semua impian 
akan terkabulkan

aku bangga
engkau kini sudah berbeda
walau bunga, tetaplah bunga

do'aku semoga Tuhan tau
Bunga itu sejatinya adalah bersamaku

Seminggu berlalu aku Tak mengerti kenapa sore itu bersama gemuruh hujan dan hembusan angin kembali kuhampiri bunga itu, setelah lama aku terdiam memikirkannya dalam rindu, aku berbicara saja diantara keramaian yang seolah membelenggu dan membuatku malu, entah mengapa nampaknya bunga itu sedikit malu-malu, kuungkapkan saja sesuatu yang kurasa perlu sebelum dia membeku.

hai bunga nampaknya aku terlambat menjemputmu, bukan aku tak mau namun kau saat ini bersama penjual itu kenapa kau tak sedikitpun ingin pamit saat itu,?
kembali kuhampiri engkau sore ini, aku hanya ingin melihat kau tersenyum dan tersipu aku tak pernah berpikir kau akan mendengarkanku, bahkan aku tak ingin mengungkit kebersamaan kita sebelum mekar kuncupmu.
aroma wangimu masih tercium dan pancaran indah dari kelopakmu masih memikat mata ini untuk tetap memperhatikanmu.

entah mengapa hari ini kurasa Tuhan sedang tersenyum melihatku, aku biasa saja jujur dengan apa yang kurasa tak kuhiraukan banyak mata menatapku curiga seakan aku akan menculikmu dari penjual itu. aku tidak begitu manis tak perlu kau merasa takut terhadapku aku akan menunggu saat yang tepat untuk membawamu pulang agar kau tak malu.

setelah lama menghabiskan waktu tiba saatnya aku mesti kembali, kulangkahkan kaki ini meski hanya berteman mimpi tapi aku akan selalu menanti, tuhan pasti mengerti tentang apa yang kurasa saat ini, aku bahagia melihatmu hari ini, aku hanya berharap kau tak pernah melarangku untuk kembali.

kau tak perlu takut disana bunga, kau tak pernah sendiri ada aku disini dengan sepenuh hati, aku berharap kita akan bersama lagi, kembali menatap dan merasakan hangatnya mentari pagi bersama dengan secangkir kopi hitam yang selalu membuat pagiku berseri.

bunga,,
kutatap wajahmu nampaknya kau ragu
aku jadi malu dan sedikit pilu
saat itu aku merasa terbelenggu
hujan sore itu mentertawakanku
aku tau kau belum layu

Nampaknya tuhan mendengarkanku
aku tau masih ada pintu
kupandangi saja walau cemburu
kau masih bersamanya saat itu

aku sadar siapa aku
aku tau kenapa aku
bunga itu masih seperti dulu
bunga itu tersenyum padaku

bunga,,,
melangkahlah,,
berjuanglah,,
kembalilah,,

Seminggu sudah berlalu sejak sore itu, hanya bayang-bayang kecil yang terlukiskan disela-sela imajinasiku, semua tentang bunga yang kutanam dulu, semua kisah kenapa ia bisa pergi dari kehidupan kecilku, kembali kubuka lembar cerita dimana kita pertama berjumpa, dan segala harapan dan impianku akan dirinya, setiap kali aku mulai melangkah aku merasa aneh bayangan tentang dirinya seakan selalu mengikuti setiap langkahku dibawah terik mentari dan redup rembulan malam.

Setelah kurasakan setiap denyut nadi ini, ternyata aliran darahku mengantarkan mimpiku pada rindu yang teramat dalam, kucoba melukis bunga itu di tembok kamarku, agar aku bisa menyapanya bila datang rindu, kadang aku mengajaknya bicara, aku mulai gila tapi aku biasa saja, karena kegilaanku bisa bangkitkan jiwa yang hampa, kunyalakan lilin kecil diantara gelap dan gemerincik hujan, aku mulai menyapanya pelan.
"selamat malam bunga, ??
"maaf bila karena aku, kau pernah terluka, aku hadir diselah-selah cerita antara kau dan dirinya,!
' ah tidak mengapa, bagiku ini adalah peristiwa, dan hidup ini terjadi karena rangkaian peristiwa...
Aku mulai menganggap lukisan itu adalah bunga yang kudamba, nampaknya aku memang sudah gila.!

Suatu malam aku mendengar bunga itu seakan menangis, aku menyapanya kembali tapi ia tak pernah menjawab kenapa bunga itu menangis, aku keliru ternyata aku egois dengan mimpiku. Keesokan hari kembali kucari bunga itu di tempat terakhir kita pernah bertemu, tapi sayangnya bunga itu sudah tidak ada pada penjual itu, nampaknya bungaku kini memilih jalannya sendiri, mencari embun yang akan menyejukkan hatinya.

Aku kembali pulang, ketelusuri setiap jalan sepi berharap aku tau kemana bunga itu pergi namun ternyata harapanku sia-sia, aku kini kehilangan dirinya, kupejamkan mata ini dan aku mulai merasa lelah, ternyata tuhan memang baik padaku dalam mimpi aku berjumpa dengannya ia mengatakan sesuatu padaku "bila nanti kau menemukan bunga lain disana jangan lupa kau beri kabar padaku".... belum sempat aku menjawab aku terbangun dari mimpi indahku...

oh bunga..
Ketika semua yang pernah aku harap
sirna dan tak mampu tuk di ucap
bagai mimpi di telan rembulan
yang tersisa hanyalah seberkas harapan

sedih menyelimuti malam yang hampa
rindu ini menyelimuti hati yang terluka
aku hanya bisa berbicara pada panorama
menunggu malam dan udara berkata

kulangkahkan kakiku yang rapuh
berharap demi cinta yang lusuh
berkali-kali tubuh ini bangkit dan terjatuh
hati ini tak pernah berhenti mengeluh

bunga yang kucinta...
hari terasa lama saat kita tak lagi bersama
langkah sang waktu selalu terlihat lelah
hangatnya mentari tiada terasa
cahaya rembulan sudah tak nampak indah

semua terasa pahit dan menyayat
ketika hari semakin terlewat
hati ini kadang tidaklah kuat

kering dedaunan dan muram wajah awan
lambangkan hati yang bimbang tidak karuan
jauh dibawah rongga dada
aku selalu berharap kau tak perlu jau disana

kisah ini adalah harapan hati
maafkan aku bila harus kembali pergi
ingin ku berteriak lantang
hingga terdengar dijiwamu yang tenang...


Setiap detik berlalu langkah sang waktu terlihat lelah dan melambaikan tangannya padaku seakan dia ingin memberitahu, bawa akan tiba sebentar lagi waktu dimana aku harus pergi dan meninggalkan setiap sudut desa dan kenangan tentang aku dan bunga.

Kutelusuri jalanan desa kunikmati suasana sore yang membuatku sedikit lelah, aku berdiri ditengah hamparan sawah, kupandangi setiap bunga yang ada tapi mereka bukan bunga yang kucari, selalu kucoba menguatkan kehendak hati meski disetiap denyut nadi ini kurasakan sakit yang menghimpit, aku terus melangkahkan kakiku yang mulai lemah hingga aku terdampar ditepian pantai yang tiada berujung, dihadapanku  terhampar lautan dengan ombaknya yang menari.

Bersama gemuruh ombak dan dinginnya suasana pagi aku menunggu angin membawa kaba, pada tuhan aku tak henti berdo’a izinkan aku berjumpa sebelum aku pergi, aku tau ini bukan lagi mimpi tetapi rasa ini sudah membawaku tenggelam jauh kedasar hati hingga kurasakan sesak yang seolah ingin membuat nafasku terhenti.
Saat malam mulai menghampiri kusaksikan mentari mulai meninggalkan suasana sepi, mata ini mulai lelah hingga aku lelap dan terbujur kaku ditengah  hamparan pasir dan desir angin yang membuatku terbuai dan terlelap dalam tidurku semalam.

Pagi menjelang kurasakan hangat menggelitik telapak kakiku yang mulai beku, kuhampiri ombak yang menerjang kubasahi sekujur tubuh ini hingga aku sadar ini bukanlah mimpi bunga yang kunanti datang menghampiri dihadapanku yang lelah ini, Tuhan tolong sadarkan aku jangan biarkan ilusi ini membelunggu cahaya hati,!. Kutinggalkan bunga itu tapi ia masih terombang-ambing bersama deras ombak dan desir angin aku termenung memandangnya, apakah itu bunga yang kudamba,?

Kuhampiri ia dan kuangkat dengan jemariku yang menggigil, aku tak kuat melihat ia terombang-ambing bersama ombak dan mengahadapi lautan yang tak bertepi, kupandangi dan kuperhatikan setiap kelopak dan sarinya bersama cahaya mentari yang membuat bunga itu Nampak berseri-seri, ternyata bunga ini bunga yang kucari.
 Aku tak habis pikir kenapa setelah berjumpa aku bahkan tak mampu bicara meski sepatah kata, kubiarkan jantungku berdegup kencang, kunikmati setiap tetes keringat dingin yang membuatku kaku, jangankan menyetuhnya menatapnya saja aku tak sanggup.

Kubiarkan saja waktu berlalu kunikmati suasana saat itu bersama bunga yang lama kutunggu hingga aku terhanyut bersamanya dalam suasana sore itu, aku sadar pertemuanku hanya memberitahu bahwa Tuhan telah menjawab do’aku, ku kembalikan ia kelautan luas hingga bunga itu merasa bebas menentukan kemana hatinya akan berlabuh.
Andai saja bunga itu berbisik "jangan aku kau lepaskan" mungkin aku akan membawanya dan kembali melangkah bersama, tapi apa boleh dikata setiap warna tetaplah berwarna, namun bunga tetaplah bunga. bunga yang kudamba bungaku yang kini bahagia

Bungaku,,
Jangan dekati aku
Aku takut membencimu
Jangan jauhi aku
Aku ingin mengenalmu

Bungaku,,
Jangan tersenyum untukku
Aku takut lupa bersedih karenamu
Jangan tertawa didepanku
Aku takut tak berani menangis bersamamu

Bungaku,,
Jangan menatapku
Aku tak ingin berpaling darimu
jangan memelukku
aku tak ingin melepasmu

Bungaku
jangan takut pada hidupmu
do’aku selalu menyertaimu.


0 comments:

Post a Comment